Merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi saya
ketika dinominasikan menjadi salah satu peserta untuk mengikuti acara “Young
South East Asian Leader Initiative” di Yangon, Myanmar pada 11-15 november
2014. Program ini merupakan program yang diinisiasi oleh Presiden Amerika
Serikat Barrack Obama dan secara resmi diluncurkan di Kulala Lumpur pada 2012
lalu. Tujuan dari diadakannya program ini adalan untuk mempererat hubungan
antar pemuda di ASEAN dengan mengadakan program kepemimpinan dan pertukaran pemuda
dan budaya antar negara ASEAN.
Tema dari YSEALI yang saya ikuti kali ini adalah
“The Power of Collaboration”. Dihari pertama kedatangan kami di Yangon, kami
disambut oleh orang-orang super baik dari World Learning. Mereka adalah
orang-orang yang mengatur segala jadwal kami selama berada di Yangon. Acara
pertama yang kami ikuti adalah welcome dinner di sebuah danau yang sangat indah
bernama Inya Lake. Disana kami disambut oleh Christopher Milligan (USAID
Mission Director, Burma) dan bertemu beberapa speaker yang akan mengisi acara
selama YSEALI di Yangon. Malam itu juga menjadi malam perkenalan untuk kami
sesama peserta YSEALI.
Beranjak ke hari kedua disanalah hal-hal indah
dimulai. Pertama kami disuguhkan panel diskusi dengan tiga pemuda Myanmar yang
memperjuangkan demokrasi di negaranya. Mereka adalah Thet Swe Win, Sitmaw
Gandhi and Chan Nyein Aung. Dari mereka keluar banyak sekali fakta-fakta
terkait keadaan demokrasi yang sesungguhnya terjadi di Myanmar. Kemudian
setelah itu kami beranjak menuju Thone Htet Monastic Education School. Disana
kami dikenalkan dengan pengurus sekolah dan sitem pembelajaran yang ada disana.
Kami juga diperbolehkan masuk ke salah satu kelas disana dan sedikit berbincang dengan para siswa yang notabene para Biksu-Biksu muda. Konsep sekolah ini sebenarnya tidak jauh beda dengan konsep pesantren yang ada di Indonesia yang beda hanyalah di Indonesia lebih modern dibandingkan dengan di Myanmar.
Kami juga diperbolehkan masuk ke salah satu kelas disana dan sedikit berbincang dengan para siswa yang notabene para Biksu-Biksu muda. Konsep sekolah ini sebenarnya tidak jauh beda dengan konsep pesantren yang ada di Indonesia yang beda hanyalah di Indonesia lebih modern dibandingkan dengan di Myanmar.
Masih dihari kedua, pada malam hari kami mengunjungi
salah satu masterpiece yang ada di Yangon. Kami mengunjungi Schwedagon pagoda.
Pagoda yang sangat indah dan besar berlapis emas 73 karat yang bersinar
menyinari kota Yangon. Pagoda ini menjadi symbol kebanggan dan religious bagi
masyarakat disana. Hal ini terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang
kesana untuk beribadah ataupun hanya sekedar berkunjung. Sungguh sangat indah
dipandang.
Beranjak ke hari ketiga kami dipimpin langsung oleh
Christina Thomas untuk mengikuti workshop Telling Your Story. Pada workshop itu
kami diminta untuk membuat tiga macam cerita tentang YSEALI. Tiga cerita itu
berbentuk Tea Cup (pendek), Glass (sedang) dan Bucket (panjang). Kemudian
dilanjutkan dengan panelis berikutnya yang mebahas tentang The power of
Technology to Unite and Create Change Makers bersama Sarah Oh. Diseore hari
kami melakukan site visit ke sebuah gedung yang terletak di New University
Avenue Road. Disana kami mengunjungi kantor dari Proximity Designs dan
berdiskusi dengan founder juga pegiat entrepreneur lainnya yang ada di Myanmar.
Pada malam harinya kami kembali mengadakan kunjungan
ke sebuah tempat bernama Project Hub. Project hub merupakan tempat dimana para
entrepreneur Myanmar dilatih untuk memuali bisnis disana. Mereka mengundang
orang-orang di Myanmar yang ingin memulai bisnis dan membantu mereka merancang
dan memulai bisnisnya.
Hari jumat merupakan hari terbaik yang pernah sya
alami dalam hidup saya. Bayangkan dalam satu hari saya bertemu dua orang yang sangat special. Pertama, dipagi hari
kami dikunjungi oleh Nina Hachigan (Ambassador US Mission to ASEAN). Beliau
meminta kami untuk menjelaskan Negara masing-masing dan projek yang kami
lakukan. Dengan senang hati kami semua sangat bangga bisa menceritakan Negara
kami kepada beliau. Seusai diskusi kami menyempatkan untuk berfoto bersama
dengan beliau yang mungkin menjadi kesempatan yang langka bagi kami.
Setelah selesai bertemu dengan Ambassador Hachigian,
kami langsung menuju University of Yangon untuk mengikuti acara pidato dari
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. Setelah hampir 2 jam menunggu akhirnya
orang terpenting didunia saat inipun mucul dihadapan kami. Beliau berpidato
banyak tentang permasalahan yang dihadapi Myanmar saat ini. Dari demokrasi,
pendidikan bahkan konflik yang ada di Myanmar.
Yang mengejutkan lagi presiden Obama
sempat tiga kali menyebutkan nama Indonesia pada pidatonya kali itu. Ketika
sesi Tanya jawab datang saya mencoba sekuat tenaga untuk berteriak agar bisa
ditunjuk oleh beliau. Namun, mungkin belum rejeki kesempatan itu belum datang
pada saya. Tapi untungnya kesempatan itu didapat oleh salah satu teman peserta
YSEALI asal Filipina yang bernama Ryan Louie Madrid. Selesainya acara Tanya
jawab presiden Obama langsung meninggalkan Jubilee Hall ini. Meski sempat
kecewa tidak bisa berinteraksi langsung dengan presiden Obama tapi saya bangga
bahwa saya pernah melihat beliau secara live langsung dengan mata kepala saya
sendiri.
Hari terakhir itu diakhiri dengan makan malam
terakhir di salah satu restaurant di tengah kota. Disana kami bercengkrama satu
sama lain tanpa sada esok harinya kami harus berpisah pulang kenegara
masing-masing. Sempat merasa sedih ketika Zakwan dari Malaysia pulang pertama
dimalam itu. Kemudian disusul oleh yang lain satu persatu pamit meninggalkanku
di Yangon dan akupun menjadi peserta terakhir di hari sabtu yang meninggalkan
Yangon.
Pengalaman mengikuti YSEALI ini merupakan pengalaman
yang tidak bisa dilupakan seumur hidup saya. Ketika disuguhi masalah-masalah
yanga ada di Myanmar dan ASEAN kami mencoba untuk memecahkannya bersama. Layaknya
seperti pemimpin Negara di ASEAN Summit, kamipun beropini sesuai kapasitas kami
masing-masing mencari solusi atas semua maslah yang disuguhkan. Dari interaksi
beberapa hari itulah yang membuat kami menjadi sangat dekat satu sama lain.
Sampai-sampai kami memiliki anthem untuk YSEALI yang saya buat sendiri. Kamipun
akan berusaha membuat program bersama dimasa yang akan datang untuk menyatukan
orang-orang super yang ada di YSEALI Yangon ini. Karena untuk kami, kolaborasi
yang sesungguhnya adalah membuat projek bersama untuk ASEAN yang lebih baik.
hebat hebat ente bas,,,,
ReplyDeleteKAK, DULU ADA WAWANCARANYA?
ReplyDelete