Hal itu biasanya dimanfaatkan oleh warga sebagai ajang untuk silaturahmi bersama keluarga, sanak, atau teman. Ajang bercengkrama tahunan yang sungguh indah yang setiap orang kampung selalu dambakan. Bayangkan, lebih dari 700 jiwa memenuhi kampung Nanggung, kampung yang letaknya disebuah lembah ini. Ramai memang ramai dan keramaian seperti ini tidak akan ditemukan dihari-hari biasa.
Mungkin sudah menjadi budaya dan mendarah daging untuk warga menjadikan sepak bola sebagai hobi bersama. Setiap harinya setelah ashar semua orang laki-laki baik muda atau tua berbondong-bondong ke lapangan hanya untuk bermain atau bahkan hanya menonton pertandingan saja. Sepak bola merupakan jati diri kampung Nanggung. Banyak sekali anak-anak berbakat dari kampung ini yang sekarang bakatnya hanya terbengkalai. Alasannya?
Yang petama jelas tidak ada pembinaan yang kedua kami tidak meiliki lapangan sepakbola yang sebenarnya sepak bola. Saat ini kami memang memiliki lapangan sepakbola, namun letak lapangan kami berada di antara sungai ciminyak, sungai yang menjadi sumber kehidupan kami. Lapangan sepakbola kami adalah tanah tak bertuan karena lapangan itu terbentuk dari sisa-sisa pasir yang hanyut terbawa sungai. Hal inilah yang membuat kami bermimpi suatu saat nanti kami bisa memiliki lapangan sendiri.
Sekedar informasi kampung kami bersebelahan persis dengan perkebunan kelapa sawit negara. Kalo tidak salah PTPN VIII. Beberapa kali warga mencoba mengajukan permohonan untuk meminta lahan untuk pembuatan lapangan. Namun hasilnya selalu nihil dan tak ada jawaban. Teakhir pada tahun 2012 yang lalu kami mencoba meminta kembali dan sama saja dengan tahun-tahun yang lalu hasilnya tetap nihil. Sebenarnya kami ingin bertanya setelah berpuluh atau beratus tahun perkebunan ini berdiri tidak pernah rasanya mereka memberi manfaat kepada warga. Padahal diundang-undang sendiri sudah dituliskan bahwa setiap perusahan harus memiliki program CSR-nya sendiri. Apakah hanya karena perkebunan ini milik pemerintah? sehingga mereka tidak wajib melakukan CSRnya? saya pikir tidak. Pertamina juga banyak kegiatan CSR-nya. Saya kira ini bisa menjadi pelajaran bagi kita sebagai kaum awam. Bahwa setiap badan usaha baik besar maupun kecil berkewajiban memperhatikan lingkungannya atau setidaknya memberikan manfaatnya bagi masyarakat. Dan saya kira hanya memberikan 100 meter persegi untuk program CSR PTPN VIII untuk warga nanggung bukanlah sebuah masalah.

Mungkin hal ini adalah segelintir kecil cerita dari kampung yang tak pernah merasakan pembangunan. Tapi kami selalu optimis dan kami akan terus berjuang untuk memajukan kampung yang selalu "ngangenin" ini. Jaya terus Nanggung, digaris terdepan kami siap untuk maju.
cerita yang menarik.. lanjutkan menulisnya gan :)
ReplyDeleteTerimakasih... bantu share yah....
ReplyDeletesegera susulkan kisahmu bersama dhuafa wahai anak gembala :v
ReplyDeletebaik segera menyusul ibu pertiwi
ReplyDeletemimpi... anak negri
ReplyDeleteyang gak akan tercapai,, akibat rumit dan berbelitnya birokrasi
weis keren jang, lanjutkan karyanya jang.. :)
ReplyDelete