Bumi Pertiwi yang Sebenarnya "NANGGUNG"

Tepatnya pada hari senin tanggal 22 februari tahun 1993 aku terlahir kedunia ini. Disambut oleh rindangnya pepohonan dan kicauan burung emprit sebrang yang bertengger dipohon  mangga belakang rumah neneku. Tanah yang subur, sungai yang mengalir dan tak ada bising kendaraan. Masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai petani sawah dan ladang dan ada juga sebagian dari mereka menjadi kuli bangunan atau buruh karet. Situasi pemukiman sangatlah rukun walaupun disini tidak ada kepala suku atau sejenisnya. Masyarakat hanya patuh kepada Kiyai atau tokoh agama yang ada dikampung kami.

Nanggung adalah nama kampungku. Terletak sekitar 50 Km dari ibukota kabupaten yang kami cintai yaitu kabupaten lebak. Dulunya kami masih bergabung dengan provinsi Jawa Barat namun sekarang kami telah memiliki provinsi sendiri yaitu Banten. Secara geografis nanggung berada lembah yang dikelilingi banyak bukit dan gunung-gunung kecil yang membuat kami selalu subur dengan air. Nanggung secara pemerintahan berada dibawah naungan desa Girijagabaya dan juga berada diwilayah Kecamatan Muncang. Jarak dari kecamatan ke nanggung mungkin sekitar 10 Km jika terlihat dari udara.

Berbicara mengenai pendidikan, sejak zaman dahulu nanggung terkenal dengan masyarakat yang sadar akan pendidikan. Sebagai bukti ada beberapa putra asli nanggung berhasil sukses didaerah lain. Namun itulah yang menjadi bumerang bagi nanggung. Kebanyakan putra daerah yang ingin membuat perubahan selalu mendapat tantangan yang berat dari masyarakat nanggung sendiri. Kadang kala masyarakat tidak dapat menerima perubahan-perubahan yang anak-anak mereka bawa dari bangku sekolah. Hal ini menyebabkan putra-putri yang telah memiliki ilmu pengetahuan lebih memilih untuk mencari daerah lain atau berpindah domisili untuk mengembangkan ilmunya.

Sejak zaman empu tantular atau bahkan prabu Siliwangi, kampung ini belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Jalan yang tak pernah mencium bau aspal, jaringan komunikasi yang tidak ada, menyebabkan kampung ini menjadi kampung yang sangat terisolasi. Haanya jalanan tanah dan batuan putih yang dengan sendirinya terbentuk karena langkah masyarakat yang berkebun dan langkah binatang yang lewat yang membentuk jalanan kami terlihat seperti jalan. Untuk pergi ke kota, kami hanya memiliki satu mobil. Dikampung kami mobil tersebut dinamakan mobil "PS" hanya mobil itulah yang setiap harinya mengangkut warga yang akan kekota atau pemilik warung yang ingin berbelanja memenuhi warungnya. Mobil inipun sangat spesial karena hanya berangkat sekali dalam sehari yaitu berangkat jam 7 pagi dari desa dan pulang sekitar jam 3 sore.

Untuk jaringan komunikasi sendiri, kami sangat sulit. Tidak adanya jaringan yang masuk kampung membuat kami jauh akan informasi. Jika warga ingin menelpon atau mengirim pesan kepada sanak saudara mereka mungin harus memanjat kelapa atau naik keatas bukit terlebih dahulu karena hanya disanalan mereka bisa mendapatkan jaringan itu. Jangankan jaringan untuk telekomunikasi jaringan TV saja sulit. Hal itu terbukti dari tiang-tiang antena yang dimiliki warga yang menjulang kelangit.

Rasanya tak ada habisnya jika berbicara mengenai kampung ini. Namun aapapun itu, Nanggung akan tetap menjadi bumi pertiwiku yang sebenarnya. Bumi yang telah menerima aku didunia ini. Bumi yang telah memberikan airnya untuk menghidupiku. Bumi yang menyaksikanku tumbuh berkembang hingga dewasa ini. Dan aku, kami warga nanggung akan selalu berusaha dan tetap percaya jika suatu hari nanti kampung kami akan maju sembada kesejahteraan, komunikasi dan transportasi, pendidikan dan tetap mejaga sisi religius kampung ini.

1 comment:

Kau Yang Berasal Dari Gunung

Matahari mulai beranjak dari ufuk timur, kala itu juga kesibukan mulai terlihat disebuah kampung yang terletak di kaki Gunung Bongkok. Pa...