Pada tahun 2003, bapak mendapat tugas mengajar di SDN Sindanglaya 3, daerah Sobang. Tepatnya
di Kampung Pasir Eurih desa Sindanglaya. Disana kami tinggal disebuah rumah
sederhana yang atapnya masih berlapis injuk (Pelepah nira) hasil swadaya
masyarakat. Kehidupan di kampung itu sangatlah damai ditambah lagi dengan
suasana alam yang sangat sejuk dan asri. Setiap pagi burung-burung dan hewan
peliharaan bersorak membangunkan kehidupan dan di sore hari belalang-belalang
bernyanyi ditengah kabut sore yang putih mempesona.
Di kampung itu, budeku sudah mendahului mengajar dan tinggal disana. Ia
sudah berkeluarga dan memiliki suami putera asli kampung itu. Saat itu mereka
meiliki 3 orang puteri dan yang kedua memiliki usia yang sama denganku.
Hari pertamaku berangkat sekolah terasa sangat asing. Tapi mungkin sudah menjadi bakat bawaan sejak lahir aku langsung melebur mencoba untuk memperkenalkan diri dan bersikap baik terhadap teman dikelas yang akhirnya mereka juga membalasnya dengan mau menjadi temanku. Beberapa teman yang masih aku ingat pertama kali dekat denganku adalah Riswanto, Husen, Sumarno, Acip, Amsori, Usup, Ajat, dan Sana. Itulah beberapa teman yang langsung akrab denganku.
Tak butuh waktu lama aku langsung merebak dengan mereka membaur solah-olah
aku seperti teman yang sudah lama mereka kenali. Berkat hal itu akupun mudah
untuk beradaptasi dengan mata pelajaran yang diajarkan. Bahkan pada saat itu
aku bisa sedikit unggul dari teman laki-lakiku yang lain. Sering sekali
teman-teman memintaku mengajarkan tentang pelajaran IPS, Bahasa Indonesia, IPA
kecuali Matematika aku tidak mahir soal itu dari dulu. Haha maklum aku mungkin
memang sudah ditakdirkan untuk menyukai hal-hal sosial.
Setahun tak terasa, akhirnya kami siap menghadapi Ujian Nasional. Saat itu
aku dan teman teman sangat bersemangat untuk menghadapinya. Beberapa waktu
sebelum ujian kami saling bertukar cerita tentang mimpi, cita-cita kami dimasa
depan. Ada yang mau melanjutkan sekolah ada yang mau bekerja ke jakarta, ada juga
yang belum tahu mau kemana. Tapi kami tetap senang memiliki sahabat seperti
kami ini.
Saat ujian tiba, kami harus mengikuti ujian di sekolah lain. Yaitu sekolah
yang ada di dekat dengan desa. Saat itu kami sekolah di SD Sindanglaya 1.
Tepatnya di desa sindanglaya. Setiap pagi kami berjalan turun menyusuri
terasering persawahan. Melawan embun-embun yang masih tertekuk erat dengan padi
dan rumput-rumput yang kami injak. Terasa dingin sekali.
Tiga hari kami lalui, plong rasanya dan kami semua sangat optimis akan
kelulusan. Sampai hari kelulusan alhamdulilah semua teman lulus. Kami snagat
bahagia, saling berpelukan menikmati perjuangan belajar selama ini. Saat itu
aku bahkan mendapat nilai tertinggi se desa untuk mata pelajaran IPS. Haha,
memang aku ahli IPS.
No comments:
Post a Comment