Mana Kambing Saya?

Hari itu hari yang sangat cerah. Saat mentari mulai berlalu dari kepalaku lonceng sekolahpun berbunyi. "Teng teng teng" dengan segera aku pulang kerumah. Setelah solat dan makan akupun siap untuk bertamasya. Haha, mungkin dalam pikiran kalian tamasya itu jalan-jalan kekota atau berlibur ke mall. Tapi buat aku tamasya itu adalah saat dimana aku bermain dengan kambing-kambingku. Dengan segera aku mengeluarkan mereka dari kandang dan menggiring mereka menuju bukit. Disana, teman-temanku sudah menungguku dengan kambingnya masing-masing dan kamipun bersama-sama menjadi bocah gembala.

Ketika para kambing sedang berebut lumput-rumput liar yang ada dilereng-lereng bukit, kami melihat ada segerombol kerbau menghampiri kami. Seorang temanpun bergurau "hai teman-teman, kita naik kerbau yuk?" tanpa pikir panjang aku dan kedua temanku langsung "srep" berada dipunggung kerbau kami masing-masing. Menikmati alam pegunungan yang masih asri ditambah lagi angin sepoy-sepoy yang terasa seperti kain lembut yang diusap-usap ditelinga mebuat kami tertawa terbahak-bahak. Bukit demi bukit kami laluin dan hektaran sawah terasering telah kami lewati membuat kami lupa akan tugas kami yang sesungguhnya yaitu menggembala.

Selelah puas menunggangi kerbau kamipun kembali ke bukit dimana kambing-kambing kami tinggalkan. Alangkah terkejutnya aku, ketika kulihat dikerumunan dua kambingku tidak ada. Aku langsung minta bantuan kepada teman-temanku. Seluruh bukit telah kami telusuri, namun hasilnya nihil. Kambingku tak bisa kami temukan. Hingga hari mulai sore kabingku belum juga kami temukan. Akhirnya aku memutuskan untuk kebali ke desa. Aku sangat takut dimarahi Bapak karena aku telah menghilangkan kambingnya.

Sesampainya dirumah, aku langsung jujur pada emak bahwa kambing yang aku gembala hilang. Akupun telah menceritakan kronologis kejadiannya. Bapak dan emak terkejut dan sangat bingung, kemudian mereka mencoba menasihatiku "Dengarkan nak, kalau punya tugas itu hendaknya dilakukan sebaik-baiknya, jika ada yang harus kamu jaga, maka dijaga itu jangan sampai kamu meninggalkannya supaya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi". Sambil menangis aku mengangguk-angguk.

Ketika malam mulai datang aku pergi ke mesjid untuk shalat magrib. Selepas shalat aku masih teringat akan nasib kedua kambingku. Aku takut kalau mereka dimakan binatang buas dihutan atau diambil oleh perampok hewan seperti yang terjadi didesa sebelah. Malam itu sekitar pukul tujuh malam, aku masih termenung dirumah tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba dari kejauhan terdengan sebuah suara orang paruh baya memanggil-manggil namaku "Abbaaaaaassss, bassss, bassss" akupun seketika keluar dan segera membuka pintu. Ketuka kubuka pintu, aku terkejut ternyata itu adalah suara Budeku dan lebih terkejutnya lagi aku melihat bude menggiring dua kambingku yang hilang. "Alhamdulilah" segera aku berterimakasih kepada bude dan memasukan kambing-kambing kedalam kandang. Ternyata bude bilang kambingku ia temukan di pinggiran sungai diujung desa mungkin mereka lupa jalan pulang. Ah, ini merupakan sebuah pelajaran bagiku dan sebuah pengalaman hidup yang tak akan aku lupakan.

No comments:

Post a Comment

Kau Yang Berasal Dari Gunung

Matahari mulai beranjak dari ufuk timur, kala itu juga kesibukan mulai terlihat disebuah kampung yang terletak di kaki Gunung Bongkok. Pa...